Thursday, September 27, 2012

Cerpen inspiratif: Orang tuaku pahlawanku (Pengorbanan Tiada Akhir)


Orang tuaku pahlawanku (Pengorbanan Tiada Akhir)

Tetes demi tetes air mataku terjatuh bening dari kelopak mataku yang telah lelah untuk menangis.  Hatiku yang biasanya mampu memilih, kini telah berada dalam kebingungan akhir yang membuatku merasakan apa itu bingung yang sebenarnya.  Langkahku yang dulu berjalan cepat kini mulai melemah dan mengendur meminta berbelok pada arah yang berbeda..
                Sosok orang tua itu , dia adalah ibuku orang yang selalu setia dengan membawa senyum yang merekah, dengan tangan yang siap merangkulku disaat aku mulai terjatuh, orang yang akan  menyemangatiku disaat aku terpuruk, orang yang akan selalu memberikan senyumnya disaat hatinya menangis, dia adalah ibuku sesosok wanita yang kulitnya mulai mengeriput dengan tubuh yang sudah tidak muda  lagi, dengan rasa sakit yang selalu menemani masa tuanya beliau tetap ada untuk memberiku kebahagiaan yang tiada akhir. Pernah suatu hari ibuku bertanya
 “nak kenapa kamu menangis? Apakah kamu malu nak mempunyai ibu yang tidak punya seperti ibumu ini?”
                “Masa Allah tak pernah sedikitpun bu, aku malu mempunyai sosok ibu sepertimu .. aku bangga padamu ibu,aku bangga.. Aku malu pada diriku sendiri karena sampai saat ini aku belum bisa memberikanmu kebahagiaan walaupun sedikit..” T_T
                “Nak bahagiamu adalah bahagia ibu juga.”
                Aku hanya mampu menangis , ketika mendengar jawaban ibuku yang benar-benar tulus terlihat senyum ibuku menghias dalam ucapannya,.
                Sosok orang tua itu, dia adalah ayahku yang selalu setia dengan cangkul dipundaknya , berangkat pagi pulang petang hanya untuk menjemput sesuap nasi untuk keluarganya, keringat yang bercucuran, dan matahari yang bersinar ganas menyengat kulit ayahku tak pernah beliau hiraukan sedikitpun, beliau adalah ayahku pria yang kulitnya sudah mengeriput dengan tubuh yang sangat kurus, dengan batuk yang terkadang membuat ayahku merasakan sakit di dadanya beliau tetap ikhlas mencari nafkah untuk kami keluarga yang sangat dicintainya. Kini usia beliau sudah tidak muda lagi, dengan usianya yang senja beliau harus menghidupi anak, menantu dan cucunya. Inilah hidup, penuh perjuangan yang tiada akhir. Suatu hari dibawah terik matahari yang bersinas ganas diatas hamparan hijau aku menemani ayahku..
                “ Yah, istirahat jangan terlalu dipaksain”ucapku disaat aku memberikan kempis air, bekal ayahku.
                “nak, ayah nggak perlu istirahat yang ayah perlu kebahagiaanmu”.

                Pada dasarnya setiap orang tua menginginkan kebahagiaan pada anaknya , akan tetapi apakah setiap anak menginginkan kebahagiaan untuk orang tuanya?.
 To be continue...
Fiksi..

No comments:

Post a Comment